Kamis, 28 Juli 2011

Malam Nisfu Sya’ban, Bid’ah-kah?

Aku yakin artikel ini akan mengundang pro kontra, karena semua pihak akan merasa dirinya yg paling benar. Namun walau sudah tahu akibatnya, aku tetap akan turunkan artikel ini, karena ini merupakan ilmu pengetahuan yg berguna bila disebarkan.

Nisfu artinya setengah atau seperdua, dan Sya’ban adalah bulan kedelapan dari tahun Hijriyah. Nisfu Sya’ban secara harfiyah berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya’ban atau tanggal 15 Sya’ban. Jika aku merujuk ke kalender Hijriyah, insya ALLOH besok kita akan tiba di malam ke-15 (pertengahan) dari bulan Sya’ban.

Sudah sejak lama aku mendengar keutamaan bulana Sya’ban ini. Diriwayatkan bahwa Rasululloh SAW bersabda “Bulan Sya’ban itu bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadhan. Ia adalah bulan diangkatnya amal-amal oleh Tuhan. Aku menginginkan saat diangkat amalku aku dalam keadaan sedang berpuasa.” (HR Nasa’I dari Usamah)

Riwayat lain yg serupa menuliskan: Dari Usamah bin Zaid berkata: Saya bertanya: “Wahai Rasululloh SAW, saya tidak melihat engkau puasa disuatu bulan lebih banyak melebihi bulan Sya’ban”. Rasul saw bersabda:”Bulan tersebut banyak dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan diangkat amal-amal kepada Rabb alam semesta, maka saya suka amal saya diangkat sedang saya dalam kondisi puasa” (Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa?i dan Ibnu Huzaimah).

Dari Aisyah ra. berkata,” Saya tidak melihat Rasululloh SAW menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR Muslim)

Dari hadits2 di atas, TIDAK DISEBUTKAN/TIDAK DICONTOHKAN Rasululloh SAW ‘memperingati’ malam nifsu sya’ban secara khusus.

Sedangkan hadits2 berikut:

“Wahai Ali, barang siapa yang melakukan sholat pada malam Nisfu Sya’ban sebanyak 100 rakaat, ia membaca setiap rakaat Al fatihah dan Qul huwallah ahad sebanyak sepuluh kali, pasti Allah memenuhi segala kebutuhannya … dan seterusnya.

Dari Ali bin Abi Tholib Radhiyallahu ‘anhu : jika datang malam Nisfu Sya’ban bersholat malamlah dan berpuasalah pada siang harinya **lengkapnya adalah sebagai berikut: Hadis yang diriwayatkan daripada Ali ra: ((Apabila tiba malam Nisfu Sya’ban, maka bangunlah kamu (menghidupkannya dengan ibadah) pada waktu malam dan berpuasalah kamu pada siangnya, karena sesungguhnya ALLOH SWT akan turun ke langit dunia pada hari ini bermula dari terbenamnya matahari dan berfirman: “Adakah sesiapa yang memohon ampun daripada-Ku akan Ku ampunkannya. Adakah sesiapa yang memohon rezeki daripada-Ku, akan Ku kurniakan rezeki kepadanya. Adakah sesiapa yang sakit yang meminta penyembuhan, akan Ku sembuhkannya. Adakah sesiapa yang yang meminta daripada-Ku akan Ku berikan kepadanya, dan adakah begini, adakah begitu dan berlakulah hal ini sehingga terbitnya fajar))..**

update: sumber hadits ini lemah:Hadis ini adalah maudhu’, diriwayatkan oleh Ibn Majah dan al-Baihaqi di dalam Syu’ab al-Iman. Rujuk Dhaifah al-Jami’ dan Silsilah al-Dhaifah oleh al-Albani, Dhaif Ibn Majah.

“Seratus rakaat pada malam Nisfi sya’ban (dengan membaca surah) Al ikhlas sepuluh kali (pada setiap rakaat) bersama keutamaan keutamaan yang lain”, diriwayatkan oleh Ad Dailami dan lainya.

Diriwayatkan daripada Ibn Umar ra bahwa Rasululloh SAW bersabda: ((Barang siapa membaca seribu kali surah al-Ikhlas dalam seratus rakaat solat pada malam Nisfu Sya’ban ia tidak keluar dari dunia (mati) sehinggalah ALLOH SWT mengutuskan dalam tidurnya seratus malaikat; tiga puluh daripada mereka mengkhabarkan syurga baginya, tiga puluh lagi menyelamatkannya dari neraka, tiga puluh yang lain mengawalnya daripada melakukan kesalahan dan sepuluh lagi akan mencegah orang yang memusuhinya)).

update: sumber hadits ini lemah:Hadis ini menurut Ibn al-Jauzi adalah Maudhu’. (Rujuk Ibn al-Jauzi, al-Maudhu’at, Dar al-Fikr, cet. 1983, 2/128). Imam al-Daruqutni pula meriwayatkan hadis ini daripada Muhamad bin Abdun bin Amir al-Samarqandi dan dia mengatakan bahwa Muhamad adalah seorang pendusta dan pembuat hadis. Pendapat ini juga sama seperti yang disebut oleh Imam al-Zahabi bahawa Muhamad bin Abdun terkenal sebagai pembuat hadis.

Diriwayatkan daripada Ja’far bin Muhammad daripada ayahnya berkata: ((Sesiapa yang membaca pada malam Nisfu Sya’ban seribu kali surah al-ikhlas dalam sepuluh rakaat, maka ia tidak akan mati sehingga ALLOH SWT mengutuskan kepadanya seratus malaikat, tiga puluh menyampaikan khabar gembira syurga kepadanya, tiga puluh menyelamatkannya dari neraka, tiga puluh akan mengawalnya dari berbuat salah dan sepuluh akan menulis mengenai musuh-musuhnya)).

update: sumber hadits ini lemah:Ibn al-Jauzi turut menghukum hadis ini dengan maudhu’

Semua hadits itu adalah PALSU/LEMAH, dengan kata lain TIDAK SHAHIH. Dari beberapa literatur, aku dapatkan bahwa Al-Qadhi Abu Bakar Ibnul Arabi mengatakan bahwa tidak ada satu hadits shahih pun mengenai keutamaan malam nisfu Sya’ban. Begitu juga Ibnu Katsir telah mendha’ifkan hadits yang menerangkan tentang bahwa pada malam nisfu Sya’ban itu, ajal manusia ditentukan dari bulan pada tahun itu hingga bulan Sya’ban tahun depan. **penulis: siapa yg bisa menjamin ajal manusia ditentukan dari bulan itu hingga bulan Sya’ban tahun depan? benar2 suatu kebohongan besar…!!**

Sayangnya, banyak kaum muslim yg mengerjakan hal2 yg TIDAK DICONTOHKAN RASULULLOH SAW, diantaranya:
- membaca surat Yasin,
- shalat sunnah dua raka’at dengan niat minta dipanjangkan umur, shalat dua raka’at dengan niat agar dimurahkan rezeki dan seterusnya.
- membaca lafaz do’a-do’a khusus yang -entah bagaimana- telah tersebar di banyak negeri meski sama sekali bukan berasal dari hadits/contoh Rasululloh SAW
(ketiga contoh di atas dirangkum dari Dr. Yusuf al-Qaradawi, jilid 1, m.s. 382-383, cetakan: Dar Uli al-Nuha, Beirut).

Kesimpulan:
- Rasululloh SAW hanya mencontohkan untuk MEMPERBANYAK PUASA/SHAUM di bulan Sya’ban (dg catatan, di bulan2 lain kita juga menyempatkan diri puasa. Jadi, BERPUASA TIDAK HANYA DI BULAN SYA’BAN)
- Rasululloh SAW TIDAK MEMBERIKAN CONTOH IBADAH LAIN di bulan Sya’ban, terutama MALAM NIFSU SYA’BAN

Intinya, jika TIDAK SESUAI DENGAN CONTOH RASULULLOH SAW, maka ibadah tersebut digolongkan bid’ah.

http://tausyiah275.blogsome.com/2007/08/27/malam-nisfu-syaban-bidah-kah/

2 komentar:

  1. Nama panjang dari shalat Nisfu Sya’ban adalah “SHALAT MUTHLAQ yang dilakukan pada malam Nisfu Sya’ban”. Untuk memudahkan pengucapan, ulama menyebutnya shalat nisfu Sya’ban.

    Karena termasuk jenis shalat Muthlaq, maka boleh dikerjakan kapan saja termasuk malam pertengahan Sya’ban selama dikerjakan tidak pada waktu yang dilarang. Kalau pada malam yang lain boleh melakukan shalat Muthlaq, maka pada malam nisfu Sya’ban juga boleh.

    Membid’ahkan shalat nisfu Sya’ban sama dengan membid’ahkan shalat Muthlaq yang sunnah.

    Apalagi ada hadis yang menyatakan bahwa Rasul menggiatkan qiyamul layl pada malam nisfu Sya’ban. Semakin kuat lah dasar shalat nisfu Sya’ban.

    ومنها حديث عائشة ـ رضي الله عنها ـ قام رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم ـ من الليل فصلى فأطال السجود حتى ظننت أنه قد قُبِضَ، فَلَمَّا رفع رأسه من السجود وفرغ من صلاته قال: "يا عائشة ـ أو يا حُميراء ـ ظننت أن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ قد خَاسَ بك"؟ أي لم يعطك حقك . قلت: لا والله يا رسول الله ولكن ظننت أنك قد قبضتَ لطول سجودك، فقال: "أَتَدْرِينَ أَيُّ ليلة هذه"؟ قلت: الله ورسوله أعلم، قال "هذه ليلة النصف من شعبان، إن الله عز وجل يطلع على عباده ليلة النصف من شعبان، فيغفر للمستغفرين ، ويرحم المسترحِمِينَ، ويُؤخر أهل الحقد كما هم" رواه البيهقي من طريق العلاء بن الحارث عنها، وقال: هذا مرسل جيد.

    Dari A'isyah: "Suatu malam rasulullah salat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: "Hai A'isyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini". "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam nisfu Sya'ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki" (H.R. Baihaqi) Menurut perawinya hadis ini mursal (ada rawi yang tidak sambung ke Sahabat), namun cukup kuat.

    Bahkan kalau kita menyandarkan pada hadis di atas, justru MEREKA YANG SHALAT PADA MALAM NISFU SYA’BAN IBADAHNYA SESUAI SUNNAH RASUL.

    BalasHapus
  2. Nama panjang dari shalat Nisfu Sya’ban adalah “SHALAT MUTHLAQ yang dilakukan pada malam Nisfu Sya’ban”. Untuk memudahkan pengucapan, ulama menyebutnya shalat nisfu Sya’ban.

    Karena termasuk jenis shalat Muthlaq, maka boleh dikerjakan kapan saja termasuk malam pertengahan Sya’ban selama dikerjakan tidak pada waktu yang dilarang. Kalau pada malam yang lain boleh melakukan shalat Muthlaq, maka pada malam nisfu Sya’ban juga boleh.

    Membid’ahkan shalat nisfu Sya’ban sama dengan membid’ahkan shalat Muthlaq yang sunnah.

    Apalagi ada hadis yang menyatakan bahwa Rasul menggiatkan qiyamul layl pada malam nisfu Sya’ban. Semakin kuat lah dasar shalat nisfu Sya’ban.

    ومنها حديث عائشة ـ رضي الله عنها ـ قام رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم ـ من الليل فصلى فأطال السجود حتى ظننت أنه قد قُبِضَ، فَلَمَّا رفع رأسه من السجود وفرغ من صلاته قال: "يا عائشة ـ أو يا حُميراء ـ ظننت أن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ قد خَاسَ بك"؟ أي لم يعطك حقك . قلت: لا والله يا رسول الله ولكن ظننت أنك قد قبضتَ لطول سجودك، فقال: "أَتَدْرِينَ أَيُّ ليلة هذه"؟ قلت: الله ورسوله أعلم، قال "هذه ليلة النصف من شعبان، إن الله عز وجل يطلع على عباده ليلة النصف من شعبان، فيغفر للمستغفرين ، ويرحم المسترحِمِينَ، ويُؤخر أهل الحقد كما هم" رواه البيهقي من طريق العلاء بن الحارث عنها، وقال: هذا مرسل جيد.

    Dari A'isyah: "Suatu malam rasulullah salat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: "Hai A'isyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini". "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam nisfu Sya'ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki" (H.R. Baihaqi) Menurut perawinya hadis ini mursal (ada rawi yang tidak sambung ke Sahabat), namun cukup kuat.

    Bahkan kalau kita menyandarkan pada hadis di atas, justru MEREKA YANG SHALAT PADA MALAM NISFU SYA’BAN IBADAHNYA SESUAI SUNNAH RASUL.

    BalasHapus

negeriads.com

Kegiatan Para Pecinta Qur'an & Sunnah